Title : BERAKHIR
Author :’TaLyt’ Tata Lolyta
Genre : Sad, Romance, Hurt *maybe
Soundtrack : Harus Terpisah – Cakra Khan
Cuap-cuap(?) : Holeee, akhirnya bisa juga
nulis cerpen, sempet juga akhirnya. Oya, peringatan nih sebelumnya, sebelum
baca, tolong berdoa sesuai keyakinan masing-masing dulu ya, biar nanti selesai
baca tetep baik-baik aja XD Oke, cuss aja yuk langsung ke TE-KA-PE *pinjem gaya
Dalang Parto
IDE CERITA DAN NASKAH CERITA INI MILIK
AUTHOR, MURNI, GA ADA UNSUR NYURI DARI CERITA ORANG, BILA ADA KESAMAAN,
ANGGAPLAH HANYA KEBETULAN SEMATA.
One-self pov
Aku melangkah menuju rumahku dengan
ditemani rintikan air dari langit. Yah, bumiku sedang diguyur hujan, setelah
sekian lama air hujan enggan turun. Aku berjalan cepat sembari menutupi
kepalaku dari air hujan. Namun langkahku terhenti.
Aku melihat sesosok tubuh yang sedang
meringkuk di depan sebuah toko yang tutup. Ia kedinginan. Tangannya melipat di
dadanya. Aku mendekatinya dan menepuk pelan pundaknya. Tubuh berbalut baju
putih, yang kuyakini adalah cowok, itu tak berbalik. Ia masih sibuk
menghangatkan tubuhnya.
“Hey, kamu kedinginan ya?”Tanya ku.
Cowok itu tak bergeming, namun kepalanya
yang tertutupi topi mengangguk pelan. Aku pun melepaskan jaketku yang sudah
sedikit basah, lalu memberikannya pada cowok itu. Aku memasangkan jaketku di
pundak cowok itu, karena ia tak mau
menoleh. Aku pun berbalik, berniat melanjutkan perjalananku untuk pulang.
“Terima kasih, Tata…”aku terkesiap.
Darimana cowok ini tau namaku?
Aku kembali menghadap pada cowok yang masih
belum mau menolehkan kepalanya.
“Ka…kamu tau namaku?”
Tak ada jawaban, tapi tiba-tiba cowok itu
berbalik. Belum, belum terlihat siapa dia. Lalu dengan perlahan, cowok itu
membuka topinya. Aku terkaget. Sekelebat rasa perih menelusup masuk ke dalam
hatiku. Ya Tuhan, dia.
Dia, dia yang saat ini tak ingin kutemui.
Dia yang tak ingin kulihat wajahnya saat ini. Pangeran Hujan. Ya Tuhan, mengapa
sekarang, aku belum siap, dan mungkin tak pernah siap, untuk bertemu dengannya.
Aku tak mau melihatmu, Pangeran hujan.
Seketika wajahku mengeras, tanganku
mendingin. “Mau apa kamu?”
“Menikmati hujan, dan menanti Princess
Rainy-ku untuk menikmati hujan bersama-sama.”jawabnya.
Ya Tuhan, panggilan itu. Kuatkan aku,
Tuhan.
“Aku tak pernah mau menikmati hujan
bersamamu. Lebih baik aku menikmatinya sendiri, tanpa kamu.”bantahku.
“Tapi…hujan ga akan indah tanpa kamu,
Princess Rainy.”ucapnya.
“Jangan panggil aku seperti itu lagi, Al!
Kamu harus sadar, semua sudah berakhir! Aku dan kamu sudah berakhir! Dan itu
artinya, Pangeran Hujan dan Princess Rainy juga sudah berakhir! Mereka sudah
mati, Al!”bentakku, aku bisa melihat, sorot matanya yang meredup.
“Tata… Aku minta maaf…”ucapnya lirih.
Apa? Maaf? “Gampang kamu minta maaf, Al!
Segampang saat kamu pergi ninggalin aku setaun lalu! Segampang kamu
menggoreskan luka di hati aku setaun lalu! Kamu ga pernah tau, gimana sakitnya
aku, gimana malunya aku yang rela ngerendahin harga diri aku di depan orang tua
kamu, ngemis-ngemis di depan mereka, cuma buat tau DI MANA KAMU,
ALVIRO!”bentakku sekali lagi.
Hatiku marah, perasaanku terbakar, namun
mataku meneteskan air mata. Luka itu masih ada, masih jelas-jelas ada, bahkan
masih basah. Sebenarnya, saat ini aku mencoba menyembuhkannya, dan
melupakannya. Mencoba memulai hidupku yang baru. Dan sekarang, tiba-tiba dia
muncul dan meminta maaf, membuat luka itu kembali terkoyak.
Tuhan, kuatkan aku. Dia mulai melangkah
maju, mendekatiku. Namun ku tak tinggal diam, aku mundur. Hingga akhirnya, dia
menyerah dan berhenti. Sejenak, ku melihat ia menunduk dan bahunya bergetar. Ya
Tuhan, apa dia menangis? Lalu dia mendongak dan tangannya seakan terulur ke
arahku, namun aku menepisnya dengan kasar.
“Jangan, Tata… Hujan ga akan suka liat sahabatnya
menangis…” Bodoh! Dia menyuruhku tak menangis, tetapi dirinay sendiri menangis.
Aku mendorong tubuhnya hingga menjauh
dariku. Dengan cepat, aku berlari, berniat menghilang dari hadapannya saat ini.
Namun, kecepatanku kalah dengan gerakan tangannya. Tangannya berhasil meraih tanganku
dan menahan langkahku.
DEG! Jantungku berdetak kencang. Ya Tuhan,
ada apa ini? Mengapa jantungku berdetak lebih cepat? Ga, ga mungkin aku jatuh
hati padanya. Aku tak boleh jatuh hati padanya lagi.
“Aku sayang kamu, Ta. Aku ga peduli, kamu
menganggap Pangeran Hujan dan Princess Rainy sudah mati. Terserah, aku ga
peduli itu. Bagiku, Pangeran Hujan selalu ada, selalu ada untuk Princess
Rainy.”ucapnya.
Tangisku makin menjadi, seiring guyuran
hujan yang, tanpa kusadari, makin menderas. Cukup, Tuhan! Aku tak kuat lagi.
Aku memeluknya erat. Dan aku menyadarinya, sangat menyadarinya. Aku
merindukannya. Merindukan aroma tubuhnya, merindukan setiap jengkal dada
bidangnya yang selalu memberiku ketenangan, merindukan kehangatan pelukannya.
“Aku kangen kamu, Al. Aku kangen sama
kamu.”ucapku pedih.
“Aku tau itu, Ta. Aku tau, kamu kangen sama
aku, makanya aku datang ke sini, karna aku juga kangen sama kamu, Ta.”balasnya.
“Al, kenapa kamu pergi? Kenapa kamu
tinggalin aku?”tanyaku dengan masih memeluknya.
“Aku…Aku dipaksa pergi ke Seoul untuk
mengurusi perusahaan Papa aku. Aku mau berpamitan padamu, sehari sebelum
keberangkatanku, namun ternyata, saat itu kau malah sedang bersama Rio, aku tak
ingin mengganggumu.”jawabnya.
Aku terdiam. Dalam otakku berseliweran kejadian
satu tahun lalu. Saat aku sedang duduk asyik bercengkerama dengan Rio,
sahabatku, sehari sebelum dia menghilang. Aku tak menyangka, bahwa saat itu,
dia datang dan ingin berpamitan padaku.
Ya Tuhan, jadi ia tak pergi begitu saja, ia
tak menghilang begitu saja. Ini salahku, yang tak melihatnya sehari sebelum ia
pergi. Aku merasakan air mataku kembali meleleh, saat sebuah tangan membelai
rambutku dengan lembut, yang kuyakini, adalah tangannya.
“Hey… Jangan nangis lagi, Tata… Princess
Rainy jangan menangis lagi…”ucapnya.
Aku melepas pelukku saat mendengar
panggilan itu. Aku memang merindukannya, namun Princess Rainy dan Pangeran
Hujan tetap sudah mati. Aku tak mau lagi mengingat mereka. Aku menepis kasar
tangannya, yang membuatnya terkaget.
“Kamu kenapa, Ta?”tanyanya.
“Maafin aku, Al. Tapi aku rasa, ini sudah
cukup. Aku ga mau lagi jatuh di jurang yang sama. Aku ga mau ngerasain sakit
itu lagi.”ucapku kasar.
Aku segera berlari meninggalkannya. Aku
berlari di tengah hujan yang masih saja mengguyuri bumiku, sama seperti air
mataku yang masih mengalir di pipiku. Aku terhenti saat aku melihat gerbang
rumahku. Aku tak mungkin masuk ke dalam dengan keadaan menangis seperti ini.
Tiba-tiba, sebuah tangan dingin meraih
tanganku dan menghadapkanku pada pemilik tangan itu. Haah, dia lagi. Ya Tuhan,
biarkan aku lepas darinya.
“Aku janji sama kamu, Ta. Aku janji, aku ga
akan biarin kamu jatuh, aku ga akan goresin luka itu lagi di hati kamu. Aku
akan menetap di sini. Hanya untuk kamu.”ujarnya yang membuatku makin menangis.
“Sudah, Al. Sudah. Aku mohon, biarkan aku,
lepaskan aku. Seperti saat kamu pergi. Jangan kamu kecewakan orang tua kamu.
Aku tau, mereka begitu menyayangi kamu. Jadi jangan kecewakan mereka hanya
karena aku.”jawabku.
“Ga, Ta. Aku ga mau pisah sama kamu cuma
karena orang tuaku. Aku ingin kamu ada di sampingku saat aku kembali ke Seoul,
aku ingin kamu menjadi pendampingku di depan altar gereja nanti.”bantahnya.
“AL, CUKUP! Semua sudah berakhir. Kita ga
mungkin bersatu lagi. Aku ga mungkin ada di sampingmu saat kau kembali ke
Seoul, aku ga akan mendampingimu di depan altar gereja. Ga akan mungkin. Aku
dan kamu ga akan pernah bersatu, Al. Jadi aku mohon, hentikan semua ini, Al.
Aku mohon.”aku membentaknya sekali lagi dan menepis tangannya.
Selesai mengatakan hal itu, aku berlari
menuju rumahku, membuka kasar pintu gerbang rumahku. Sesaat, sebelum aku
benar-benar masuk, aku bisa melihat, dia masih berdiri di tempatnya. Tangannya
terkepal kuat. Bahunya bergetar. Dia menangis lagi.
Maafkan aku, Al. Maafkan aku. Kita memang
ga akan peranh bisa bersatu. Aku dan kamu memang bukan jodoh. Dan semua ini
sudah berakhir sampai di sini. Aku mencintaimu, Al.
END
END aka TAMAT aka SELESAI!!! Akhirnyaaaaa…
ini cerpen yang aku buat dalam waktu yang paling singkat. Ga sampe sejam udah
selesai! Wuoooow!! Tapi semoga suka ya. Kalo suka, wajib RCL,
READ+LIKE+COMMENT. Yang Comment wajib, atau aku ga akan pernah lagi post cerpen
di sini. Sekian dan terima kasih.
@mynameTaLyt