Eits, tapi aku lagi gak pengen
bahas film itu, apalagi bikin resensinya. Aku belum nonton sih soalnya. Hahaha…
*apa ada yang mau traktir nonton?*
Oke-oke, back to topic!
Aku emang gak pengen bahas film
itu kok… Aku mau bahas sesuatu yang juga gak pulang-pulang ke Indonesia setelah
14 tahun berselang.
Yaitu……PIALA THOMAS!
Yup, sejak tahun 2002 lalu, piala
kejuaraan bulutangkis tertua itu memang belum pernah Indonesia dapatkan
kembali. Memang sih, sejak tahun itu juga, bulutangkis Indonesia seakan
melemah. Cukup memprihatinkan sih, apalagi Indonesia terkenal sebagai Macan
Bulutangkis karena kehebatannya.
Namun, lima tahun ini,
pelan-pelan, bulutangkis kita perlahan-lahan mengambil kembali posisi-posisi
yang sempat kita duduki dulu. Bahkan, Ahsan-Hendra, ganda putra andalan
Indonesia, sudah duduk di posisi 2 di rangking BWF. Keren kan?
Untuk Piala Thomas kali ini,
Indonesia berhasil masuk ke Final dengan gelar sebagai juara grup, setelah
mengalahkan lawan segrupnya, yaitu Thailand, India, dan Hongkong. Sayangnya,
Tim Uber kita tidak semulus tim Thomas. Mereka harus terhenti di babak perempat
final.
Kembali ke tim Thomas. Setelah
melibas habis lawan grupnya, giliran tim Thomas Korea Selatan yang dilibas oleh
Indonesia, walaupun sempat tertinggal poin. Sampai di final, Indonesia harus
menghadapi tim Denmark.
Pada final kali ini, Indonesia
menurunkan skuad di partai tunggal yaitu Tommy Sugiarto, Antonius Ginting, dan
Ihsan Maulana Mustofa, serta di partai ganda ada pasangan rangking 2 kita,
Ahsan-Hendra dan juniornya, Angga-Ricky. Susunan ini, hampir mirip dengan
susunan pada semifinal, hanya saja Jonathan Christian tidak ada di dalamnya.
Pada match pertama, antara Tommy
Sugiarto vs Victor Axelsen, Indonesia harus rela membiarkan Denmark mencuri
poin. Match berikutnya, ganda andalan kita pun turun dan melawan pasangan
Denmark, yaitu Petersen-Kolding. Sempat melakukan kelucuan di game pertama,
ternyata tidak menghancurkan konsentrasi Ahsan-Hendra, Mereka tetap bermain
apik, sampai akhirnya bisa menyamakan skor 1-1 antara Indonesia dan Denmark.
Sayangnya, jejak mereka tidak
diikuti oleh Ginting yang melawan Jorgensen di match berikutnya. Dengan skor
yang sama (17-21) di game pertama dan kedua, Denmark kembali unggul 2-1.
Beruntungnya, Angga-Ricky berhasil menyamakan kedudukan kembali dengan
mengalahkan pasangan Kim Astrup-Ander Skaarup Ramsussen.
Melihat posisi yang sama seperti
ini, bunga-bunga harapan mulai bermunculan di hati para penggemar bulutangkis
Indonesia. Angan untuk bereuforia menyambut kedatangan piala yang sudah
dinantikan itu mulai terbayang di kepala. Namun sayang, pada match terakhir,
antara Ihsan dan Hans-Kristian, Indonesia harus mengakui kekalahan. Ihsan harus
takluk pada pemain bertubuh jangkung itu dengan skor 15-21 dan 7-21.
Lumayan kecewa memang, namun kami
juga bangga kepada tim Thomas Indonesia. Terutama kepada pemain-pemain muda
yang turun di ajang bergengsi ini. Walaupun hanya mendapat posisi runner-up dan
tidak berhasil membawa piala, keahlian mereka patut diacungi jempol. Juga,
tentu saja, pasangan juara dunia kita, Ahsan-Hendra. Mungkin memang piala
Thomas-Uber masih ingin berkelana lebih dulu, sebelum kembali ke Indonesia
Semangat tim bulutangkis
Indonesia!
Kami tetap bangga memiliki
punggawa seperti kalian…
Tetap berjuang meraih gelar-gelar
kejuaraan lainnya, dan buat Indonesia Raya berkumandang indah serta Bendera
Merah Putih berkibar gagah di stadium-stadium yang kalian kunjungi nanti.
Komentar
Posting Komentar